
Pencegahan Bunuh Diri di Indonesia: Pemberian
Advokasi publik
Bunuh Diri di Indonesia
Sebuah studi baru-baru ini mengungkapkan bahwa mayoritas kasus bunuh diri terkait dengan masalah kesehatan mental, gangguan dalam keluarga, alkohol dan narkoba, pelecehan di kelompok sosial ekonomi rendah, tidak sopan sikap terhadap agama, dan integrasi sosial yang buruk. Dua kabupaten utama yang rutin dilaporkan mengenai data bunuh diri mereka adalah Gunung Kidul dan Bali.
​
· Bunuh diri di Gunung Kidul
Gunung Kidul memiliki tingkat bunuh diri tertinggi di Indonesia dengan 4,48 per 100.000 orang. Pada tahun 2006, Gunung Kidul berpenduduk 720.465 jiwa dan tercatat 32,4 kasus bunuh diri. Situasi di antara penduduk Gunung Kidul mengenai 'kepercayaan budaya' terus berlanjut dan masih harus diperhatikan terkait tingginya tingkat bunuh diri.
Gambaran kepercayaan
Tukirah, ditemukan gantung diri di rumahnya. Kasus tersebut dilaporkan terjadi pada 9 September 1989, bertempat di Dusun SIRAMAN II, Wonosari, Kabupaten Gunung Kidul. Warga percaya bahwa ada sebuah “bola api ekor merah” (roh jahat) yang jatuh ke rumah Nyonya Tumikem (ibu dari tukirah). Bola api datang ke rumah mereka ke 2 kalinya. Untuk mencegah “bola api” tersebut datang kembali ke rumahnya, (Ny. Tumikem) keluarganya tidur di luar (Teras) setiap malam. Lalu empat bulan kemudian, tetangganya ditemukan bunuh diri dengan gantung diri. Pemimpin spiritual di daerah tersebut memprediksi kedatangan pulung gantung (bola api), yang hanya dapat dilihat oleh mereka. Terjadinya bunuh diri setelah ini dianggap sebagai panggilan dari supernatural kekuasaan. Pada kenyataannya, tingkat kenaikan bunuh diri di desa ini sebagian besar terkait dengan kehadirannya penyakit parah di kalangan orang tua (WHO, 2006).
Data terakhir dalam 6 tahun terakhir dari Divisi Operasional Polisi Gunung Kidul Departemen RI melaporkan bahwa pada 2006-2010 sekitar 157 kasus bunuh diri Kebanyakan dari mereka adalah perempuan (114) sedangkan pada 2011 ditemukan 18 kasus hingga Agustus.
· Bunuh Diri di Bali
Di provinsi Bali, menurut data yang dihimpun oleh Departemen Kepolisian Bali selama lima bulan pada tahun 2008 dilaporkan 70 kasus, sedangkan di tahun 2009 ada adalah 39 kasus. Di seluruh dunia, bunuh diri diklaim sebagai penyebab utama kematian bagi orang-orang di usia 15-35 tahun (WHO, 2004). Provinsi Bali mencatat tingkat bunuh diri tertinggi di Indonesia. Kasus yang dilaporkan itu meningkat dua kali lipat dari 70 kasus pada tahun 2001 menjadi 158 kasus di tahun 2006 (Dhyatmikawati, 2006 cit Octaria, 2008).
Faktor yang terkait dengan bunuh diri di Bali lebih banyak disebabkan oleh penyakit fisik dan bukan budaya kepercayaan dan / atau sosial ekonomi. Lebih dari 33,9% dari semua penyebab bunuh diri di Bali dilaporkan dari faktor penyakit fisik (Octaria, 2008).
Pencegahan
Departemen Kesehatan Divisi Kesehatan Mental Upaya terbaru untuk mengekang bunuh diri memberikan garis bantuan (021 500454) dengan 10 sukarelawan hotline yang bekerja dalam tiga shift menemukan pekerjaan yang luar biasa untuk mengatasi kasus bunuh diri oleh tingkat masyarakat Pusat kesehatan [Puskesmas]. Kami juga menyiapkan lifeskills program untuk remaja sehingga mereka bisa memiliki kemampuan sosial dan harga diri yang baik.
Peran Dokter
Sebagai pencegahan utama, dokter akan melakukan deteksi dini dan promosi kesehatan mental (Sekolah, Pelayanan Kesehatan, Tokoh Masyarakat) dan memberikan manajemen dini secara efektif.
